Skip to content

revell29/clean-code-javascript

 
 

Folders and files

NameName
Last commit message
Last commit date

Latest commit

 
 
 
 
 
 
 

Repository files navigation

Repositori original : ryanmcdermott/clean-code-javascript

clean-code-javascript (Bahasa Indonesia)

Daftar Isi

  1. Kata Pengantar
  2. Variabel
  3. Fungsi
  4. Objek dan Struktur Data
  5. Class
  6. SOLID
  7. Pengujian
  8. Concurrency
  9. Penanganan Kesalahan
  10. Menyusun Format
  11. Komentar
  12. Alih Bahasa

Kata Pengantar

Gambar lucu dari estimasi kualitas perangkat lunak sebagai hitungan berapa banyak umpatan yang keluar saat membaca kode

Prinsip Rekayasa Perangkat Lunak, oleh Robert C. Buku Clean Code oleh Martin, diadaptasi untuk JavaScript. Perlu diingat bahwa panduan ini bukan tentang gaya penulisan kode. Panduan ini lebih tentang membuat perangkat lunak yg mudah dibaca, dapat digunakan kembali, dan mudah direfaktor kembali dalam bahasa Javascript.

Tidak semua prinsip disini harus diikuti secara ketat, dan bahkan lebih sedikit akan lebih mudah disepakati bersama. Ini hanyalah panduan-panduan saja dan tidak lebih, tetapi panduan-panduan ini dikodifikiasi selama bertahun-tahun dari pengalaman kolektif penulis buku Clean Code.

Rekayasa-rekayasa perangkat lunak kita baru berumur 50 tahun lebih sedikit. dan kita masih belajar banyak. Ketika arsitektur perangkat lunak setua arsitektur itu sendiri, mungkin kita memiliki aturan yang lebih ketat untuk diikuti. Untuk saat ini, biarkan panduan ini berfungsi sebagai batu ujian (touchstone) untuk mengukur kualitas kode JavaScript yang kamu dan tim kamu buat.

Satu hal lagi: mengetahui hal ini bukan berarti membuat kamu menjadi seorang pengembang perangkat lunak (developer) yg baik secara tiba-tiba, dan bekerja dengannya bukan berarti kamu tidak akan membuat kesalahan-kesalahan. Setiap potongan kode dimulai sebagai draft pertama, seperti tanah liat basah yg terus dibentuk menjadi bentuk terakhirnya. Akhirnya, kita memahat ketidaksempurnaan ketika kita me-*-nya kembali dengan teman dalam tim kita. Apabila draft pertamamu butuh perbaikan, jangan pukul dirimu sendiri. Pukul Kodenya !

Variabel

Gunakan nama-nama variabel yg bermakna dan mudah diucapkan

Buruk:

const yyyymmdstr = moment().format('YYYY/MM/DD');

Baik:

const currentDate = moment().format('YYYY/MM/DD');

⬆ Kembali ke atas

Gunakan kosakata yang sama untuk jenis variabel yang sama

Buruk:

getUserInfo();
getClientData();
getCustomerRecord();

Baik:

getUser();

⬆ Kembali ke atas

Gunakan nama yg mudah dicari kembali

Kita akan lebih banyak membaca kode daripada menulisnya. Maka penting hukumnya menulis kode untuk mudah dibaca dan mudah dicari. Dengan tidak memberi nama variabel yang bermakna untuk memahami program kita, kita menyakiti pembaca kode kita. Buat nama variabel lebih mudah dicari. Alat seperti

buddy.js dan ESLint dapat membantu mengidentifikasi konstanta yg tidak diberi nama.

Buruk:

// Nah kan, 86400000 itu untuk apa?
setTimeout(blastOff, 86400000);

Baik:

// tulis `const` dalam huruf kapital dan secara global
const MILLISECONDS_IN_A_DAY = 86400000;

setTimeout(blastOff, MILLISECONDS_IN_A_DAY);

⬆ Kembali ke atas

Gunakan variabel penjelas

Buruk:

const address = 'One Infinite Loop, Cupertino 95014';
const cityZipCodeRegex = /^[^,\\]+[,\\\s]+(.+?)\s*(\d{5})?$/;
saveCityZipCode(address.match(cityZipCodeRegex)[1], address.match(cityZipCodeRegex)[2]);

Baik:

const address = 'One Infinite Loop, Cupertino 95014';
const cityZipCodeRegex = /^[^,\\]+[,\\\s]+(.+?)\s*(\d{5})?$/;
const [, city, zipCode] = address.match(cityZipCodeRegex) || [];
saveCityZipCode(city, zipCode);

⬆ Kembali ke atas

Hindari Mental Mapping

Explisit lebih baik daripada implisit.

Buruk:

const locations = ['Austin', 'New York', 'San Francisco'];
locations.forEach((l) => {
  doStuff();
  doSomeOtherStuff();
  // ...
  // ...
  // ...
  // Sebentar, `l` itu untuk apa lagi?
  dispatch(l);
});

Baik:

const locations = ['Austin', 'New York', 'San Francisco'];
locations.forEach((location) => {
  doStuff();
  doSomeOtherStuff();
  // ...
  // ...
  // ...
  dispatch(location);
});

⬆ Kembali ke atas

Jangan menambahkan konteks yang tidak dibutuhkan

Jika nama class/objek kamu memiliki arti tertentu, jangan mengulanginya di dalam nama variabel.

Buruk:

const Car = {
  carMake: 'Honda',
  carModel: 'Accord',
  carColor: 'Blue'
};

function paintCar(car) {
  car.carColor = 'Red';
}

Baik:

const Car = {
  make: 'Honda',
  model: 'Accord',
  color: 'Blue'
};

function paintCar(car) {
  car.color = 'Red';
}

⬆ Kembali ke atas

Gunakan argumen default daripada short circuiting dan kondisional

Argumen default lebih bersih daripada shoot circuiting. Sadarilah jika kamu menggunakannya, fungsimu hanya akan memberikan nilai default untuk argumen undefined. Selain nilai "falsy" seperti '', "", false, null, 0, dan NaN, tidak digantikan oleh nilai default.

Buruk:

function createMicrobrewery(name) {
  const breweryName = name || 'Hipster Brew Co.';
  // ...
}

Baik:

function createMicrobrewery(breweryName = 'Hipster Brew Co.') {
  // ...
}

⬆ Kembali ke atas

Fungsi

Argumen Fungsi (idealnya hanya 2 atau kurang)

Membatasi jumlah parameter dari fungsi sangatlah penting karena membuat pengujian fungsi menjadi lebih mudah. Memiliki lebih dari 3 parameter dapat mengakibatkan ledakan kombinasional dimana kamu harus menguji banyak sekali kasus-kasus yg berbeda di tiap-tiap argumen secara terpisah.

Satu atau dua argumen adalah kasus yg ideal, jika tiga maka sebaiknya dihindari. Apapun lebih dari itu harus dikonsolidasikan. Biasanya, jika kamu memiliki lebih dari dua argumen maka fungsimu melakukan hal yg terlalu banyak. Di beberapa kasus dimana hal itu tidak terjadi, seringkali objek tingkat-tinggi sudah cukup untuk dijadikan sebuah argumen.

JavaScript memperbolehkanmu untuk membuat objek secara langsung, tanpa membuat banyak class terlebih dahulu. kamu dapat menggunakan sebuah objek jika kamu mendapati bahwa kamu memerlukan banyak argumen.

Lebih jelasnya, kamu dapat menggunakan destructuring syntax pada ES2015/ES6. Hal tersebut memiliki beberapa kelebihan:

  1. Ketika seseorang melihat fungsi, fungsi tersebut secara langsung menjelaskan properti-properti apa saja yg digunakan.
  2. Merestrukturisasi juga mengkloning nilai primitif yang ditentukan dari objek argumen yang dilewatkan ke fungsi. Hal ini dapat membantu mencegah efek samping. Sebagai Catatan: objek dan array yg telah didestrukturisasi dari argumen objek tidak di kloning.
  3. Linters dapat memberi peringatan kepadamu tentang properti yg tidak digunakan, yg mana akan lebih tidak mungkin tanpa merestrukturisasi.

Buruk:

function createMenu(title, body, buttonText, cancellable) {
  // ...
}

Baik:

function createMenu({ title, body, buttonText, cancellable }) {
  // ...
}

createMenu({
  title: 'Foo',
  body: 'Bar',
  buttonText: 'Baz',
  cancellable: true
});

⬆ Kembali ke atas

Fungsi harus melakukan satu hal saja

Ini adalah aturan terpenting dalam rekayasa perangkat lunak. Ketika fungsi melakukan lebih dari satu hal, mereka sulit untuk dibuat, diuji dan dipikirkan. Ketika kamu dapat mengisolasi sebuah fungsi untuk melakukan satu action saja, mereka dapat difaktorkan secara mudah dan kodemu akan jauh lebih bersih. Jika kamu tidak mengambil apapun dari panduan ini selain hal ini, maka kamu akan ada di depan banyak pengembang.

Buruk:

function emailClients(clients) {
  clients.forEach((client) => {
    const clientRecord = database.lookup(client);
    if (clientRecord.isActive()) {
      email(client);
    }
  });
}

Baik:

function emailActiveClients(clients) {
  clients
    .filter(isActiveClient)
    .forEach(email);
}

function isActiveClient(client) {
  const clientRecord = database.lookup(client);
  return clientRecord.isActive();
}

⬆ Kembali ke atas

Nama dari fungsi harus mewakili apa yg dia lakukan

Buruk:

function addToDate(date, month) {
  // ...
}

const date = new Date();

// sulit untuk mengatakan dari nama fungsi yg ditambahkan
addToDate(date, 1);

Baik:

function addMonthToDate(month, date) {
  // ...
}

const date = new Date();
addMonthToDate(1, date);

⬆ Kembali ke atas

Fungsi-fungsi seharusnya satu tingkat abstraksi

Ketika kamu memiliki lebih dari satu tingkat abstraksi, fungsimu biasanya melakukan hal yg terlalu banyak. Memisah-misah fungsi dapat meningkatkan reusabilitas dan memudahkan pengujian.

Buruk:

function parseBetterJSAlternative(code) {
  const REGEXES = [
    // ...
  ];

  const statements = code.split(' ');
  const tokens = [];
  REGEXES.forEach((REGEX) => {
    statements.forEach((statement) => {
      // ...
    });
  });

  const ast = [];
  tokens.forEach((token) => {
    // lex...
  });

  ast.forEach((node) => {
    // parse...
  });
}

Baik:

function tokenize(code) {
  const REGEXES = [
    // ...
  ];

  const statements = code.split(' ');
  const tokens = [];
  REGEXES.forEach((REGEX) => {
    statements.forEach((statement) => {
      tokens.push( /* ... */ );
    });
  });

  return tokens;
}

function lexer(tokens) {
  const ast = [];
  tokens.forEach((token) => {
    ast.push( /* ... */ );
  });

  return ast;
}

function parseBetterJSAlternative(code) {
  const tokens = tokenize(code);
  const ast = lexer(tokens);
  ast.forEach((node) => {
    // parse...
  });
}

⬆ Kembali ke atas

Hapus kode yg duplikat

Lakukan yg terbaik untuk menghindari kode yg duplikat. Kode yg duplikat itu Buruk karena berarti terdapat lebih dari satu tempat untuk diubah jika kamu perlu mengubah beberapa logic.

Bayangkan jika kamu memiliki sebuah restoran dan kamu harus terus melacak inventarismu: tomat, bawang, cabe, dan lain-lain. Nah, Jika kamu memiliki beberapa daftar yg kamu simpan, maka kamu harus mengubah itu semua ketika kamu menyajikan hidangan yg ada tomatnya. Jika kamu hanya memiliki satu daftar saja, maka kamu hanya perlu mengubahnya di satu tempat saja.

Seringkali kamu memiliki kode yg duplikat karena kamu memiliki dua atau lebih hal-hal yg sedikit berbeda, memiliki banyak hal yg sama, namun perbedaan itu memaksamu untuk memisahkan dua atau lebih fungsi yg berbeda namun kebanyakan melakukan hal yg sama. Membuang kode yg duplikat berarti membuat sebuah abstraksi yg dapat menangani hal yg berbeda dengan satu fungsi/modul/class.

Mendapatkan abstraksi yg benar sangat penting, itulah kenapa kamu harus mengikuti prinsip SOLID yg ada setelah bagian Class. Abstraksi yg buruk dapat lebih buruk daripada kode yg duplikat, jadi berhati-hatilah! Setelah diberitahu hal ini, kamu dapat membuat abstraksi yg baik, lakukan! Jangan membuat dirimu mengulang (DRY), Jika tidak, kamu akan mendapati dirimu memperbarui hal dibeberapa tempat setiap kali kamu ingin mengubah satu hal.

Buruk:

function showDeveloperList(developers) {
  developers.forEach((developer) => {
    const expectedSalary = developer.calculateExpectedSalary();
    const experience = developer.getExperience();
    const githubLink = developer.getGithubLink();
    const data = {
      expectedSalary,
      experience,
      githubLink
    };

    render(data);
  });
}

function showManagerList(managers) {
  managers.forEach((manager) => {
    const expectedSalary = manager.calculateExpectedSalary();
    const experience = manager.getExperience();
    const portfolio = manager.getMBAProjects();
    const data = {
      expectedSalary,
      experience,
      portfolio
    };

    render(data);
  });
}

Baik:

function showEmployeeList(employees) {
  employees.forEach((employee) => {
    const expectedSalary = employee.calculateExpectedSalary();
    const experience = employee.getExperience();

    let portfolio;
    switch (employee.type) {
      case 'manager':
        portfolio = employee.getMBAProjects();
        break;
      case 'developer':
        portfolio = employee.getGithubLink();
        break;
    }

    const data = {
      expectedSalary,
      experience,
      portfolio
    };

    render(data);
  });
}

⬆ Kembali ke atas

Tetapkan default objects dengan Object.assign

Buruk:

const menuConfig = {
  title: null,
  body: 'Bar',
  buttonText: null,
  cancellable: true
};

function createMenu(config) {
  config.title = config.title || 'Foo';
  config.body = config.body || 'Bar';
  config.buttonText = config.buttonText || 'Baz';
  config.cancellable = config.cancellable !== undefined ? config.cancellable : true;
}

createMenu(menuConfig);

Baik:

const menuConfig = {
  title: 'Order',
  // Pengguna tidak memasukkan key 'body'
  buttonText: 'Send',
  cancellable: true
};

function createMenu(config) {
  config = Object.assign({
    title: 'Foo',
    body: 'Bar',
    buttonText: 'Baz',
    cancellable: true
  }, config);

  // config sekarang sama dengan: {title: "Order", body: "Bar",
  // buttonText: "Send", cancellable: true}
  // ...
}

createMenu(menuConfig);

⬆ Kembali ke atas

Jangan gunakan flag sebagai parameter fungsi

Flag memberitahu penggunamu bahwa fungsi ini melakukan lebih dari satu hal. Fungsi seharusnya melakukan satu hal. Pisahkan fungsimu jika mereka mengikuti jalur kode yg berbeda berdasarkan boolean.

Buruk:

function createFile(name, temp) {
  if (temp) {
    fs.create(`./temp/${name}`);
  } else {
    fs.create(name);
  }
}

Baik:

function createFile(name) {
  fs.create(name);
}

function createTempFile(name) {
  createFile(`./temp/${name}`);
}

⬆ Kembali ke atas

Hindari Efek Samping (bagian 1)

Sebuah fungsi memproduksi efek samping ketika dia melakukan apapun selain memasukkan nilai dan mengembalikan nilai. Sebuah efek samping bisa berupa menulis ke sebuah file, memodifikasi sebuah variabel global, atau secara tidak sengaja mentransfer semua uangmu ke orang yg tidak kamu kenal.

Sekarang, kamu memang perlu memiliki efek samping dalam sebuah program pada suatu kesempatan. Seperti pada contoh sebelumnya, kamu bisa jadi perlu untuk menulis sebuah file. Apa yg akan kamu lakukan adalah memusatkan dimana kamu melakukan ini. Tidak memiliki beberapa fungsi dan class yang menulis ke file tertentu. Miliki satu service yg melakukan hal itu. Satu dan satu-satunya.

Poin utama untuk menghindari jebakan yg umum seperti berbagi state antara objek tanpa struktur apapun, menggunakan tipe data yg mutable yg dapat ditulis ke apapun, dan tidak memusatkan dimana efek samping tersebut muncul. Jika kamu dapat melakukan hal ini, kamu akan lebih bahagia daripada programmer-programmer kebanyakan.

Buruk:

// Variabel global direferensi oleh beberapa fungsi
// Jika kita mempunyai fungsi lain yg menggunakan nama variabel ini, sekarang akan menjadi array dan dapat merusak ini semua.
let name = 'Ryan McDermott';

function splitIntoFirstAndLastName() {
  name = name.split(' ');
}

splitIntoFirstAndLastName();

console.log(name); // ['Ryan', 'McDermott'];

Baik:

function splitIntoFirstAndLastName(name) {
  return name.split(' ');
}

const name = 'Ryan McDermott';
const newName = splitIntoFirstAndLastName(name);

console.log(name); // 'Ryan McDermott';
console.log(newName); // ['Ryan', 'McDermott'];

⬆ Kembali ke atas

Hindari Efek Samping (bagian 2)

Dalam JavaScript, primitif dilewatkan oleh nilai dan objek / array dilewatkan melalui referensi. Dalam kasus dimana objek dan array, jika fungsimu membuat perubahan di array keranjang belanja, sebagai contoh, dengan menambahkan sebuah barang untuk pembelian, maka fungsi lain yg menggunakan array keranjang akan terpengaruh dengan penambahan ini. Hal itu mungkin bagus, namun bisa jadi hal yg buruk jg. Mari kita mengimajinasikan situasi berikut:

Pengguna menekan "Beli", tombol yg memanggil fungsi beli yg memunculkan permintaan jaringan dan mengirim array keranjang ke server. Karena koneksi jaringan yg buruk, fungsi beli harus terus mencoba request kembali. Sekarang, bagaimana jika di waktu yg sama si pengguna secara tidak sengaja menekan tombol "Tambahkan ke Keranjang" pada barang yg sedang tidak mereka inginkan sebelum request jaringan dimulai? Jika hal itu terjadi dan request jaringan dimulai, maka fungsi beli tersebut akan mengirimkan tambahan barang secara tidak sengaja karena hal itu mereferensi ke array keranjang belanja yg mana fungsi addItemToCart dimodifikasi dengan menambahkan barang yg tidak diinginkan.

Solusi yg bagus bisa jadi addItemToCart harus selalu mengkloning cart, mengeditnya, dan mengembalikan klonnya. Ini memastikan bahwa tidak ada fungsi lain yang memegang referensi keranjang belanja akan terpengaruh oleh perubahan apapun.

Dua keberatan yg disebutkan pada pendekatan ini:

  1. Terdapat beberapa kasus dimana kamu benar-benar ingin memodifikasi objek masukan, namun ketika kamu menggunakan praktek pemrograman ini kamu akan menemukan bahwa kasus tersebut sangatlah langka. Kebanyakan apapun yg refaktorkan tidak memiliki efek samping.
  2. Kloning objek-objek yg besar dapat sangat mahal dalam hal performa. Beruntungnya, hal ini bukan isu yg besar dalam prakteknya karena terdapat library seperti great libraries yg memperbolehkan pendekatan pemrograman seperti ini lebih cepat dan tidak terlalu banyak memakan memory seperti mengkloning objek-objek dan array secara manual.

Buruk:

const addItemToCart = (cart, item) => {
  cart.push({ item, date: Date.now() });
};

Baik:

const addItemToCart = (cart, item) => {
  return [...cart, { item, date : Date.now() }];
};

⬆ Kembali ke atas

Jangan menulis fungsi global

Mencemari hal yg bersifat global adalah praktek yg buruk di JavaScript karena kamu dapat berbenturan dengan library yg lain dan pengguna dari API-mu tidak akan menjadi yg bijak sampai mereka mendapatkan exception di production. Mari berpikir tentang sebuah contoh: Bagaimana jika kamu ingin memperpanjang metode Array asli JavaScript untuk memiliki metode diff yang dapat menunjukkan perbedaan antara dua array? Kamu dapat menulis fungsi barumu ke Array.prototype, tapi hal tersebut dapat berbenturan dengan library lain yang mencoba melakukan hal yang sama. Bagaimana jika library lainnya sudah menggunakan diff untuk mencari perbedaan antara elemen pertama dan terakhir dalam sebuah array? Inilah kenapa lebih baiknya menggunakan class ES2015/ES6 dan secara sederhana memperpanjang global Array.

Buruk:

Array.prototype.diff = function diff(comparisonArray) {
  const hash = new Set(comparisonArray);
  return this.filter(elem => !hash.has(elem));
};

Baik:

class SuperArray extends Array {
  diff(comparisonArray) {
    const hash = new Set(comparisonArray);
    return this.filter(elem => !hash.has(elem));
  }
}

⬆ Kembali ke atas

Gunakan functional programming daripada imperative programming

JavaScript bukanlah sebuah bahasa fungsional seperti Haskell, namun dia memiliki aroma fungsional juga. Bahasa yg fungsional lebih sederhana dan lebih mudah diuji. Gunakan gaya pemrograman seperti ini sebisa mungkin.

Buruk:

const programmerOutput = [
  {
    name: 'Uncle Bobby',
    linesOfCode: 500
  }, {
    name: 'Suzie Q',
    linesOfCode: 1500
  }, {
    name: 'Jimmy Gosling',
    linesOfCode: 150
  }, {
    name: 'Gracie Hopper',
    linesOfCode: 1000
  }
];

let totalOutput = 0;

for (let i = 0; i < programmerOutput.length; i++) {
  totalOutput += programmerOutput[i].linesOfCode;
}

Baik:

const programmerOutput = [
  {
    name: 'Uncle Bobby',
    linesOfCode: 500
  }, {
    name: 'Suzie Q',
    linesOfCode: 1500
  }, {
    name: 'Jimmy Gosling',
    linesOfCode: 150
  }, {
    name: 'Gracie Hopper',
    linesOfCode: 1000
  }
];

const INITIAL_VALUE = 0;

const totalOutput = programmerOutput
  .map((programmer) => programmer.linesOfCode)
  .reduce((acc, linesOfCode) => acc + linesOfCode, INITIAL_VALUE);

⬆ Kembali ke atas

Enkapsulasi Kondisional

Buruk:

if (fsm.state === 'fetching' && isEmpty(listNode)) {
  // ...
}

Baik:

function shouldShowSpinner(fsm, listNode) {
  return fsm.state === 'fetching' && isEmpty(listNode);
}

if (shouldShowSpinner(fsmInstance, listNodeInstance)) {
  // ...
}

⬆ Kembali ke atas

Hindari Kondisional Negatif

Buruk:

function isDOMNodeNotPresent(node) {
  // ...
}

if (!isDOMNodeNotPresent(node)) {
  // ...
}

Baik:

function isDOMNodePresent(node) {
  // ...
}

if (isDOMNodePresent(node)) {
  // ...
}

⬆ Kembali ke atas

Hindari Kondisional

Ini terlihat seperti pekerjaan yg tidak mungkin. Sejak pertama kali mendengar hal ini, kebanyakan orang berkata "Bagaimana saya bisa bekerja tanpa sebuah statemen if ?" Jawabannya aalah kamu bisa menggunakan polimorfisme untuk mengerjakan hal-hal di berbagai kasus. Pertanyaan kedua biasanya, "Oke itu bagus tapi kenapa aku harus melakukannya?" Jawabannya adalah kode yg bersih seperti apa yg sudah kita pelajari sebelumnya: sebuah fungsi harus melakukan satu hal saja. Ketika kamu memiliki class dan fungsi yang memiliki statemen if, kamu memberitahu pengguna bahwa fungsimu melakukan hal yg lebih dari satu. Ingat, hanya lakukan satu hal saja.

Buruk:

class Airplane {
  // ...
  getCruisingAltitude() {
    switch (this.type) {
      case '777':
        return this.getMaxAltitude() - this.getPassengerCount();
      case 'Air Force One':
        return this.getMaxAltitude();
      case 'Cessna':
        return this.getMaxAltitude() - this.getFuelExpenditure();
    }
  }
}

Baik:

class Airplane {
  // ...
}

class Boeing777 extends Airplane {
  // ...
  getCruisingAltitude() {
    return this.getMaxAltitude() - this.getPassengerCount();
  }
}

class AirForceOne extends Airplane {
  // ...
  getCruisingAltitude() {
    return this.getMaxAltitude();
  }
}

class Cessna extends Airplane {
  // ...
  getCruisingAltitude() {
    return this.getMaxAltitude() - this.getFuelExpenditure();
  }
}

⬆ Kembali ke atas

Hindari type-checking (bagian 1)

JavaScript tidak memiliki tipe data, yang mana fungsimu dapat mengambil tipe data apapun dari sebuah argumen. Terkadang kamu tergigit karena kebebasan ini dan menjadi tergoda untuk melakukan type-checking pada fungsimu. Terdapat banyak jalan untuk terhindar dari hal ini. Hal pertama yg harus dipertimbangkan adalah memiliki API yg konsisten.

Buruk:

function travelToTexas(vehicle) {
  if (vehicle instanceof Bicycle) {
    vehicle.pedal(this.currentLocation, new Location('texas'));
  } else if (vehicle instanceof Car) {
    vehicle.drive(this.currentLocation, new Location('texas'));
  }
}

Baik:

function travelToTexas(vehicle) {
  vehicle.move(this.currentLocation, new Location('texas'));
}

⬆ Kembali ke atas

Hindari type-checking (bagian 2)

Jika kamu bekerja dengan nilai primitif sederhana seperti string, integer dan array, dan kamu tidak bisa menggunakan polimorfisme tapi kamu tetap merasa perlu untuk melakukan type-check, kamu harus mempertimbangkan untuk menggunakan TypeScript. Itu merupakan alternatif yg sangat baik untuk JavaScript biasa, yg mana menyediakanmu static typing diatas standar sintaks JavaScript. Masalah dengan type-checking secara manual di Javascript adalah hal itu memerlukan banyak kata tambahan palsu yang merusak readibilitas. Pastikan JavaScript-mu bersih, tulis pengujian yang baik, dan memiliki kode review yang bagus. Jika tidak, lakukan semuanya dengan TypeScript (yang mana, seperti apa yang aku katakan, itu adalah sebuah alternatif yang sangat bagus)

Buruk:

function combine(val1, val2) {
  if (typeof val1 === 'number' && typeof val2 === 'number' ||
      typeof val1 === 'string' && typeof val2 === 'string') {
    return val1 + val2;
  }

  throw new Error('Must be of type String or Number');
}

Baik:

function combine(val1, val2) {
  return val1 + val2;
}

⬆ Kembali ke atas

Jangan Optimasi Berlebihan

Browser-browser yang modern melakukan banyak optimisasi dibalik layar di runtime. Seringkali, kamu mengoptimasi dan kamu hanya menghabiskan waktumu. Terdapat Sumber yg bagus untuk dilihat dimana optimasi itu kurang. Targetkan mereka sementara, sampai mereka diperbaiki jika mereka bisa melakukannya.

Buruk:

// Di Browser lama, setiap iterasi dengan `list.length` yg uncached akan sangat costly
// karena `list.length` menghitung ulang. Di browser yang modern, ini sudah teroptimasi
for (let i = 0, len = list.length; i < len; i++) {
  // ...
}

Baik:

for (let i = 0; i < list.length; i++) {
  // ...
}

⬆ Kembali ke atas

Hapus kode mati

Kode yg mati akan seburuk kode yang duplikat. Tidak ada alasan untuk menyimpannya dalam basis kode-mu. Jika tidak dipanggil, maka buang saja! Itu akan tetap amazon di "version history" jika kamu membutuhkannya lagi.

Buruk:

function oldRequestModule(url) {
  // ...
}

function newRequestModule(url) {
  // ...
}

const req = newRequestModule;
inventoryTracker('apples', req, 'www.inventory-awesome.io');

Baik:

function newRequestModule(url) {
  // ...
}

const req = newRequestModule;
inventoryTracker('apples', req, 'www.inventory-awesome.io');

⬆ Kembali ke atas

Objek dan Struktur Data

Gunakan getters dan setters

Menggunakan getters dan setter untuk mengakses data di objek akan lebih baik daripada sekedar mencari sebuah properti dari objek, "Kenapa?" kamu mungkin bertanya. Baik, terdapat daftar yg tidak teratur sebagai alasan:

  • Ketika kamu ingin melakukan hal lebih dari sekedar mendapatkan properti objek, kamu tidak harus mencari dan mengubah setiap aksesor di basis kode-mu.
  • Buat menambahkan validasi sederhana ketika melakukan sebuah set.
  • Enkapsulasi representasi internal.
  • Memudahkan untuk tambah catatan dan penanggulangan kesalahan ketika getting dan setting.
  • Kamu bisa lazy load properti-properti dari objek, seperti mendapatkannya dari server.

Buruk:

function makeBankAccount() {
  // ...

  return {
    balance: 0,
    // ...
  };
}

const account = makeBankAccount();
account.balance = 100;

Baik:

function makeBankAccount() {
  // yg satu ini privat
  let balance = 0;

  // sebuah "getter", dibuat publik via objek yg dikembalikan di bawah ini
  function getBalance() {
    return balance;
  }

  // sebuah "setter", dibuat publik via objek yg dikembalikan di bawah ini
  function setBalance(amount) {
    // ... validasi sebelum memperbarui balance
    balance = amount;
  }

  return {
    // ...
    getBalance,
    setBalance,
  };
}

const account = makeBankAccount();
account.setBalance(100);

⬆ Kembali ke atas

Buat objek memiliki private member

Hal ini dapat diselesaikan lewat closures (untuk ES5 serta diatasnya)

Buruk:

const Employee = function(name) {
  this.name = name;
};

Employee.prototype.getName = function getName() {
  return this.name;
};

const employee = new Employee('John Doe');
console.log(`Employee name: ${employee.getName()}`); // Nama employee: John Doe
delete employee.name;
console.log(`Employee name: ${employee.getName()}`); // Nama employee: undefined

Baik:

function makeEmployee(name) {
  return {
    getName() {
      return name;
    },
  };
}

const employee = makeEmployee('John Doe');
console.log(`Employee name: ${employee.getName()}`); // Nama employee: John Doe
delete employee.name;
console.log(`Employee name: ${employee.getName()}`); // Nama employee: John Doe

⬆ Kembali ke atas

Class

Gunakan class ES2015/ES6 daripada fungsi ES5

Sangat susah untuk mendapatkan class inheritance, construction, dan definisi method yg mudah dibaca untuk class ES5 yg terdahulu. Jika kamu memerlukan inheritance (dan waspadai jika kamu tidak), maka pilihlah class ES2015/ES6. Akan tetapi, gunakan fungsi yg kecil daripada class sampai kamu mendapati dirimu memerlukan objek yang lebih besar dan kompleks.

Buruk:

const Animal = function(age) {
  if (!(this instanceof Animal)) {
    throw new Error('Instantiate Animal with `new`');
  }

  this.age = age;
};

Animal.prototype.move = function move() {};

const Mammal = function(age, furColor) {
  if (!(this instanceof Mammal)) {
    throw new Error('Instantiate Mammal with `new`');
  }

  Animal.call(this, age);
  this.furColor = furColor;
};

Mammal.prototype = Object.create(Animal.prototype);
Mammal.prototype.constructor = Mammal;
Mammal.prototype.liveBirth = function liveBirth() {};

const Human = function(age, furColor, languageSpoken) {
  if (!(this instanceof Human)) {
    throw new Error('Instantiate Human with `new`');
  }

  Mammal.call(this, age, furColor);
  this.languageSpoken = languageSpoken;
};

Human.prototype = Object.create(Mammal.prototype);
Human.prototype.constructor = Human;
Human.prototype.speak = function speak() {};

Baik:

class Animal {
  constructor(age) {
    this.age = age;
  }

  move() { /* ... */ }
}

class Mammal extends Animal {
  constructor(age, furColor) {
    super(age);
    this.furColor = furColor;
  }

  liveBirth() { /* ... */ }
}

class Human extends Mammal {
  constructor(age, furColor, languageSpoken) {
    super(age, furColor);
    this.languageSpoken = languageSpoken;
  }

  speak() { /* ... */ }
}

⬆ Kembali ke atas

Gunakan metode chaining

Pola ini sangat berguna di JavaScript dan kamu akan melihatnya di banyak library seperti jQuery dan Lodash. Hal ini memperbolehkan kode-mu jadi lebih ekspresif, dan lebih sedikit bertele-tele. Untuk alasan tersebut, aku katakan, gunakan metode chaining dan lihatlah betapa bersih kodemu nanti. Di fungsi class, sederhanaya kembalikan this pada akhir setiap fungsi, dan kamu akan merantai metode class setelahnya.

Buruk:

class Car {
  constructor() {
    this.make = 'Honda';
    this.model = 'Accord';
    this.color = 'white';
  }

  setMake(make) {
    this.make = make;
  }

  setModel(model) {
    this.model = model;
  }

  setColor(color) {
    this.color = color;
  }

  save() {
    console.log(this.make, this.model, this.color);
  }
}

const car = new Car();
car.setColor('pink');
car.setMake('Ford');
car.setModel('F-150');
car.save();

Baik:

class Car {
  constructor() {
    this.make = 'Honda';
    this.model = 'Accord';
    this.color = 'white';
  }

  setMake(make) {
    this.make = make;
    // CATATAN: Mengembalikan this untuk chaining
    return this;
  }

  setModel(model) {
    this.model = model;
    // CATATAN: Mengembalikan this untuk chaining
    return this;
  }

  setColor(color) {
    this.color = color;
    // CATATAN: Mengembalikan this untuk chaining
    return this;
  }

  save() {
    console.log(this.make, this.model, this.color);
    // CATATAN: Mengembalikan this untuk chaining
    return this;
  }
}

const car = new Car()
  .setColor('pink')
  .setMake('Ford')
  .setModel('F-150')
  .save();

⬆ Kembali ke atas

Gunakan composition daripada inheritance

Sebagaimana terkenal dinyatakan di Design Patterns oleh Gang of Four, kamu sebaiknya memilih composition daripada inheritance dimanapun kamu bisa. Terdapat banyak alasan baik untuk menggunakan inheritance dan banyak alasan baik pula untuk menggunakan composition. Poin utamanya untuk pepatah ini adalah jika pikiranmu secara insting lebih memilih inheritance, coba untuk memikir jika composition dapat memodelkan problemmu lebih baik. di beberapa kasus hal tersebut bisa.

Kamu mungkin saja bertanya-tanya, "Kapan aku seharusnya menggunakan inheritance?" hal itu tergantung pada problemnya, tapi ini adalah alasan yg lumayan dari kapan inheritance membuat hal lebih daripada composition:

  1. Inheritance-mu merepresentasikan sebuah hubungan "adalah-sebuah" dan bukan hubungan "memiliki-sebuah" (Manusia->Hewan vs. Pengguna->DetailPengguna).
  2. Kamu dapat menggunakan kembali kode dari basis class (Manusa dapat bergerak seperti semua hewan-hewan).
  3. Kamu ingin membuat perubahan yg global untuk menurunkan class dengan mengubah sebuah basis class. (Mengubah pengeluaran kalori dari semua hewan-hewan ketika ia bergerak)

Buruk:

class Employee {
  constructor(name, email) {
    this.name = name;
    this.email = email;
  }

  // ...
}

// Buruk karena Employee "memiliki" data pajak. EmployeeTaxData bukan sebuah tipe dari Employee
class EmployeeTaxData extends Employee {
  constructor(ssn, salary) {
    super();
    this.ssn = ssn;
    this.salary = salary;
  }

  // ...
}

Baik:

class EmployeeTaxData {
  constructor(ssn, salary) {
    this.ssn = ssn;
    this.salary = salary;
  }

  // ...
}

class Employee {
  constructor(name, email) {
    this.name = name;
    this.email = email;
  }

  setTaxData(ssn, salary) {
    this.taxData = new EmployeeTaxData(ssn, salary);
  }
  // ...
}

⬆ Kembali ke atas

SOLID

Single Responsibility Principle (SRP) / Prinsip Tanggung Jawab Tunggal

Seperti dinyatakan di Clean Code, "Semestinya tidak akan lebih dari satu alasan sebuah class untuk berubah". Hal itu sangat menggoda untuk memadati class dengan fungsionalitas yang banyak, seperti ketika kamu hanya dapat mengambil satu koper dalam penerbanganmu. Masalahnya dengan ini adalah class-mu tidak akan secara konseptual kohesif dan hal hal itu akan memberikan alasan untuk berubah. Meminimalisir jumlah waktu yang kamu gunakan untuk mengubah class sangat penting. Hal itu penting karena jika terlalu banyak fungsionalitas dalam sebuah class dan kamu memodifikasi sebagian saja, hal itu akan sulit untuk dimengerti Bagaimana itu akan mempengaruhi modul lain yg terhubung dalam basis kode-mu.

Buruk:

class UserSettings {
  constructor(user) {
    this.user = user;
  }

  changeSettings(settings) {
    if (this.verifyCredentials()) {
      // ...
    }
  }

  verifyCredentials() {
    // ...
  }
}

Baik:

class UserAuth {
  constructor(user) {
    this.user = user;
  }

  verifyCredentials() {
    // ...
  }
}


class UserSettings {
  constructor(user) {
    this.user = user;
    this.auth = new UserAuth(user);
  }

  changeSettings(settings) {
    if (this.auth.verifyCredentials()) {
      // ...
    }
  }
}

⬆ Kembali ke atas

Open/Closed Principle (OCP) / Prinsip Terbuka/Tertutup

Seperti yang dinyatakan Bertrand Meyer, "entitas perangkat lunak (class, modul, fungsi, dsb) harus terbuka untuk ekstensi, namun tertutup untuk modifikasi." Apa maksudnya? Prinsip ini dasarnya menyatakan bahwa kamu harus tetap memperbolehkan pengguna untuk menambahkan fungsionalitas baru tanpa mengubah kode yg sudah ada.

Buruk:

class AjaxAdapter extends Adapter {
  constructor() {
    super();
    this.name = 'ajaxAdapter';
  }
}

class NodeAdapter extends Adapter {
  constructor() {
    super();
    this.name = 'nodeAdapter';
  }
}

class HttpRequester {
  constructor(adapter) {
    this.adapter = adapter;
  }

  fetch(url) {
    if (this.adapter.name === 'ajaxAdapter') {
      return makeAjaxCall(url).then((response) => {
        // mengubah respon dan mengembalikan
      });
    } else if (this.adapter.name === 'httpNodeAdapter') {
      return makeHttpCall(url).then((response) => {
        // mengubah respon dan mengembalikan
      });
    }
  }
}

function makeAjaxCall(url) {
  // request dan mengembalikan promise
}

function makeHttpCall(url) {
  // request dan mengembalikan promise
}

Baik:

class AjaxAdapter extends Adapter {
  constructor() {
    super();
    this.name = 'ajaxAdapter';
  }

  request(url) {
    // request dan mengembalikan promise
  }
}

class NodeAdapter extends Adapter {
  constructor() {
    super();
    this.name = 'nodeAdapter';
  }

  request(url) {
    // request dan mengembalikan promise
  }
}

class HttpRequester {
  constructor(adapter) {
    this.adapter = adapter;
  }

  fetch(url) {
    return this.adapter.request(url).then((response) => {
      // request dan mengembalikan promise
    });
  }
}

⬆ Kembali ke atas

Liskov Substitution Principle (LSP) / Prinsip Subtitusi Liskov

Ini merupakan istilah mengerikan untuk sebuah konsep sederhana. Hal ini secara formal didefinisikan sebagai "jika S adalah sub-tipe dari T, maka objek dari tipe T mungkin terganti oleh objek tipe S (contohnya, objek tipe S mungkin pengganti objek dari tipe T) tanpa mengubah tiap properti dari program (kebenaran, tugas yg dilakukan, dsb)." Hal itu lebih mengerikan daripada definisinya

Penjelasan terbaik dari hal ini adalah jika kamu memiliki parent class dan sebuah child class, maka basis class dan child class dapat digunakan secara bergantian tanpa mendapatkan hasil yg salah. Hal ini mungkin membingungkan, jadi mari kita lihat pada contoh Kotak-Segi Empat klasik. Secara matematis, sebuah kotak adalah Segi Empat, namun jika kamu memodelkannya menggunakan hubungan "adalah-sebuah" via inheritance, maka kamu secara cepat ada dalam masalah

Buruk:

class Rectangle {
  constructor() {
    this.width = 0;
    this.height = 0;
  }

  setColor(color) {
    // ...
  }

  render(area) {
    // ...
  }

  setWidth(width) {
    this.width = width;
  }

  setHeight(height) {
    this.height = height;
  }

  getArea() {
    return this.width * this.height;
  }
}

class Square extends Rectangle {
  setWidth(width) {
    this.width = width;
    this.height = width;
  }

  setHeight(height) {
    this.width = height;
    this.height = height;
  }
}

function renderLargeRectangles(rectangles) {
  rectangles.forEach((rectangle) => {
    rectangle.setWidth(4);
    rectangle.setHeight(5);
    const area = rectangle.getArea(); // Buruk: Mengembalikan 25 untuk kotak. Harusnya 20.
    rectangle.render(area);
  });
}

const rectangles = [new Rectangle(), new Rectangle(), new Square()];
renderLargeRectangles(rectangles);

Baik:

class Shape {
  setColor(color) {
    // ...
  }

  render(area) {
    // ...
  }
}

class Rectangle extends Shape {
  constructor(width, height) {
    super();
    this.width = width;
    this.height = height;
  }

  getArea() {
    return this.width * this.height;
  }
}

class Square extends Shape {
  constructor(length) {
    super();
    this.length = length;
  }

  getArea() {
    return this.length * this.length;
  }
}

function renderLargeShapes(shapes) {
  shapes.forEach((shape) => {
    const area = shape.getArea();
    shape.render(area);
  });
}

const shapes = [new Rectangle(4, 5), new Rectangle(4, 5), new Square(5)];
renderLargeShapes(shapes);

⬆ Kembali ke atas

Interface Segregation Principle (ISP) / Prinsip segregasi antarmuka

JavaScript tidak memiliki interface jadi prinsip ini tidak digunakan secara ketat seperti yang lainnya. Akan tetapi, hal ini penting dan relevan walaupun JavaScript tidak memiliki sistem penggolongan (type).

ISP dinyatakan seperti "Klien harus dipaksa untuk bergantung pada interface yg mereka tidak gunakan." Interface adalah kontrak implisit di JavaScript karena duck typing.

Sebuah contoh yang baik untuk dilihat adalah demonstrasi prinsip ini di JavaScript adalah untuk class yang membutuhkan objek pengaturan yang besar. Tidak membutuhkan Klien untuk mengatur banyak opsi adalah keuntungan, karena sebagian besar waktu mereka tidak memerlukan sebua setting. Membuat mereka opsional mencegah mendapati sebuah "fat interface"

Buruk:

class DOMTraverser {
  constructor(settings) {
    this.settings = settings;
    this.setup();
  }

  setup() {
    this.rootNode = this.settings.rootNode;
    this.animationModule.setup();
  }

  traverse() {
    // ...
  }
}

const $ = new DOMTraverser({
  rootNode: document.getElementsByTagName('body'),
  animationModule() {} // Sebagian besar waktu, kita tidak membutuhkan animasi sewaktu tranversing.
  // ...
});

Baik:

class DOMTraverser {
  constructor(settings) {
    this.settings = settings;
    this.options = settings.options;
    this.setup();
  }

  setup() {
    this.rootNode = this.settings.rootNode;
    this.setupOptions();
  }

  setupOptions() {
    if (this.options.animationModule) {
      // ...
    }
  }

  traverse() {
    // ...
  }
}

const $ = new DOMTraverser({
  rootNode: document.getElementsByTagName('body'),
  options: {
    animationModule() {}
  }
});

⬆ Kembali ke atas

Dependency Inversion Principle (DIP)

Prinsip ini menyatakan dua hal esensial:

  1. Modul Tingkat-Tinggi seharusnya tidak tergantung pada modul tingkat-rendah. Keduanya harus bergantung pada abstraksi.
  2. Abstraksi seharusnya tidak bergantung pada detail. Detail harus bergantung pada abstraksi.

Hal ini dapat menjadi susah untuk dimengerti saat pertama kali, namun jika kamu telah bekerja menggunakan AngularJS, kamu telah melihat dari implementasi dari prinsip ini dalam bentuk Dependency Injection (DI). Ketika mereka bukan konsep yang identik, DIP menjaga modul tingkat-tinggi dari mengetahui detail dari modul tingkat-rendah-nya dan mengatur mereka. Hal ini dapat diselesaikan melalui DI. Keuntungan terbesar dari hal ini adalah mengurangi kopel antar modul. Kopel sangat buruk untuk pola pengembangan karena hal itu membuat kodemu susah untuk direfaktor.

Seperti dinyatakan sebelumnya, JavaScript tidak memiliki Interface jadi abstraksi yang tergantung adalah kontrak implisit. Hal itu dapat dikatakan, metode dan properti yang sebuah objek/class buka pada objek/class lain. Di contoh dibawah ini, kontrak implisit adalah Request modul apapun untuk sebuah InventoryTracker akan memiliki sebuah metode requestItems.

Buruk:

class InventoryRequester {
  constructor() {
    this.REQ_METHODS = ['HTTP'];
  }

  requestItem(item) {
    // ...
  }
}

class InventoryTracker {
  constructor(items) {
    this.items = items;

    // Buruk: Kita telah menciptakan ketergantungan pada penerapan request tertentu.
    // Kita harus memiliki sebuah requestItems yg bergantung pada metode request: `request`
    this.requester = new InventoryRequester();
  }

  requestItems() {
    this.items.forEach((item) => {
      this.requester.requestItem(item);
    });
  }
}

const inventoryTracker = new InventoryTracker(['apples', 'bananas']);
inventoryTracker.requestItems();

Baik:

class InventoryTracker {
  constructor(items, requester) {
    this.items = items;
    this.requester = requester;
  }

  requestItems() {
    this.items.forEach((item) => {
      this.requester.requestItem(item);
    });
  }
}

class InventoryRequesterV1 {
  constructor() {
    this.REQ_METHODS = ['HTTP'];
  }

  requestItem(item) {
    // ...
  }
}

class InventoryRequesterV2 {
  constructor() {
    this.REQ_METHODS = ['WS'];
  }

  requestItem(item) {
    // ...
  }
}

// Dengan membangun ketergantungan kita secara eksternal dan menyuntikkannya, kita dapat dengan mudah
// mengganti modul request kita untuk satu hal baru yang menggunakan WebSockets.
const inventoryTracker = new InventoryTracker(['apples', 'bananas'], new InventoryRequesterV2());
inventoryTracker.requestItems();

⬆ Kembali ke atas

Pengujian

Pengujian itu lebih penting daripada shipping. Jika kamu tidak punya pengujian atau tidak mencukupunya, maka setiap kali kamu ship kodemu kamu tidak akan yakin kalau kamu tidak merusak segalanya. Memutuskan berapa jumlah yang cukup tergantung pada tim-mu, tapi memiliki 100% cakupan (semua statemen dan cabang) adalah bagaimana kamu meraih percaya diri yg snagat tinggi dan kedamaian pikiran pengembang. Hal ini berarti selain memiliki kerangka pengujian yg bagus, kamu juga perlu menggunakan sebuah alat cakupan yang bagus.

Tidak ada alasan untuk tidak menulis pengujuan. Terdapat banyak framework pengujian yg bagus di Javascript, jadi pilih satu yang tim-mu lebih suka. Ketika kamu menemukan satu yang dapat bekerja dengan tim-mu, lalu arahkan untuk selalu menulis test untuk setiap fitur/modul baru yang kamu perkenalkan. Jika kamu lebih suka metode TDD (Test Driven Development), itu hal yang bagus, tapi poin utamanya adalah untuk selalu memastikan kamu meraih cakupan tujuan-tujuan sebelum meluncurkan fitur apapun, atau merefaktor satu yg telah ada.

Satu konsep tiap pengujian

Buruk:

import assert from 'assert';

describe('MakeMomentJSGreatAgain', () => {
  it('handles date boundaries', () => {
    let date;

    date = new MakeMomentJSGreatAgain('1/1/2015');
    date.addDays(30);
    assert.equal('1/31/2015', date);

    date = new MakeMomentJSGreatAgain('2/1/2016');
    date.addDays(28);
    assert.equal('02/29/2016', date);

    date = new MakeMomentJSGreatAgain('2/1/2015');
    date.addDays(28);
    assert.equal('03/01/2015', date);
  });
});

Baik:

import assert from 'assert';

describe('MakeMomentJSGreatAgain', () => {
  it('handles 30-day months', () => {
    const date = new MakeMomentJSGreatAgain('1/1/2015');
    date.addDays(30);
    assert.equal('1/31/2015', date);
  });

  it('handles leap year', () => {
    const date = new MakeMomentJSGreatAgain('2/1/2016');
    date.addDays(28);
    assert.equal('02/29/2016', date);
  });

  it('handles non-leap year', () => {
    const date = new MakeMomentJSGreatAgain('2/1/2015');
    date.addDays(28);
    assert.equal('03/01/2015', date);
  });
});

⬆ Kembali ke atas

Concurrency

Gunakan Promises, jangan callbacks

Callback itu tidak clean, dan mereka memngakibatkan nesting dengan jumlah yang berlebihan. Dengan ES2015/ES6, promise sudah built-in. Jadi gunakanlah!

Buruk:

import { get } from 'request';
import { writeFile } from 'fs';

get('https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Cecil_Martin', (requestErr, response) => {
  if (requestErr) {
    console.error(requestErr);
  } else {
    writeFile('article.html', response.body, (writeErr) => {
      if (writeErr) {
        console.error(writeErr);
      } else {
        console.log('File written');
      }
    });
  }
});

Baik:

import { get } from 'request';
import { writeFile } from 'fs';

get('https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Cecil_Martin')
  .then((response) => {
    return writeFile('article.html', response);
  })
  .then(() => {
    console.log('File written');
  })
  .catch((err) => {
    console.error(err);
  });

⬆ Kembali ke atas

Async/Await lebih sederhana daripada Promises

Promise adalah alternatif dari callback yang sangat bersih, namun ES2017/ES8 membawa async dan await yang mana menawarkan solusi yang lebih bersih lagi. Yang kamu perlukan adalah fungsi yang memiliki prefiks sebuah kata kunci async, lalu kamu dapat menulis logika secara imperatif tanpa rantai sebuah then dari fungsi. Gunakan ini jika kamu dapat mengambil manfaat dari fitur ES2017/ES8 hari ini!

Buruk:

import { get } from 'request-promise';
import { writeFile } from 'fs-promise';

get('https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Cecil_Martin')
  .then((response) => {
    return writeFile('article.html', response);
  })
  .then(() => {
    console.log('File written');
  })
  .catch((err) => {
    console.error(err);
  });

Baik:

import { get } from 'request-promise';
import { writeFile } from 'fs-promise';

async function getCleanCodeArticle() {
  try {
    const response = await get('https://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Cecil_Martin');
    await writeFile('article.html', response);
    console.log('File written');
  } catch(err) {
    console.error(err);
  }
}

⬆ Kembali ke atas

Penanganan Kesalahan

Dilempari error adalah sebuah hal yang baik! Hal itu berarti di runtime telah sukses mengidentifikasi ketika sesuatu di programmu ada kesalahan dan hal itu memberi kesempatan kepadamu untuk menghentikan eksekusi fungsi dari stack yang sekarang, menghentikan process (di Node) dan memberitahumu di konsol dengan tumpukan jejak.

Jangan abaikan kesalahan yg tertangkap

Tidak melakukan apapun dengan error yg tertangkan tidak akan memberikanmu kemampuan untuk membetulkan atau bereaksi pada error yang telah dikatakan. Mencatat error untuk konsol (console.log) tidak jauh lebih baik seperti sering kali bisa tersesat di lautan benda-benda yang dicetak ke konsol. Jika kamu menyelimuti kodemu sedikit-sedikit di sebuah try/catch hal itu berarti kamu memikirkan sebuah error yang mungkin saja muncul disana dan oleh karena itu kamu harus memiliki sebuah rencana, atau membuat sebuah jalur kode, untuk kapan hal itu akan muncul.

Buruk:

try {
  functionThatMightThrow();
} catch (error) {
  console.log(error);
}

Baik:

try {
  functionThatMightThrow();
} catch (error) {
  // Satu opsi (lebih berisik daripada console.log):
  console.error(error);
  // opsi lainnya:
  notifyUserOfError(error);
  // opsi lainnya:
  reportErrorToService(error);
  // atau lakukan ketiganya!
}

Jangan abaikan promise yg ditolak

Untuk alasan yang sama seperti kamu tidak boleh mengabaikan error yang tertangkap dari try/catch.

Buruk:

getdata()
  .then((data) => {
    functionThatMightThrow(data);
  })
  .catch((error) => {
    console.log(error);
  });

Baik:

getdata()
  .then((data) => {
    functionThatMightThrow(data);
  })
  .catch((error) => {
    // Satu opsi (lebih berisik daripada console.log):
    console.error(error);
    // Opsi lain:
    notifyUserOfError(error);
    // Opsi lain:
    reportErrorToService(error);
    // Atau lakukan ketiganya!
  });

⬆ Kembali ke atas

Menyusun Format

Menyusun format adalah subjektif. Seperti aturan disini, tidak ada aturan keras yang harus kamu ikuti. Poin utamanya adalah JANGAN BERDEBAT atas format. Ada banyak sekali alat untuk mengotomasi hal ini. Gunakan salah satu! Hal ini adalah pemborosan waktu dan uang para engineer untuk berdebat soal format.

Untuk hal-hal yang tidak termasuk dalam hal format otomatis (indentasi, tabulasi vs. spasi, ganda vs tanda petik tunggal, dll) lihatlah kesini untuk beberapa bimbingan.

Gunakan Kapitalisasi yg konsisten

JavaScript tidak memiliki penggolongan, jadi kapitalisasi memberitahumu banyak tentang variabel, fungsi, dll. Aturan ini adalah subjektif, jadi tim-mu dapat memilih apapun yang mereka inginkan. Poinnya adalah, tidak masalah apa yang kalian semua pilih, cukup tetaplah konsisten.

Buruk:

const DAYS_IN_WEEK = 7;
const daysInMonth = 30;

const songs = ['Back In Black', 'Stairway to Heaven', 'Hey Jude'];
const Artists = ['ACDC', 'Led Zeppelin', 'The Beatles'];

function eraseDatabase() {}
function restore_database() {}

class animal {}
class Alpaca {}

Baik:

const DAYS_IN_WEEK = 7;
const DAYS_IN_MONTH = 30;

const songs = ['Back In Black', 'Stairway to Heaven', 'Hey Jude'];
const artists = ['ACDC', 'Led Zeppelin', 'The Beatles'];

function eraseDatabase() {}
function restoreDatabase() {}

class Animal {}
class Alpaca {}

⬆ Kembali ke atas

Fungsi yg memanggil dan yang dipanggil seharusnya berdekatan

Jika sebuah fungsi memanggil yang lainnya, jagalah fungsi tersebut secara vertikal berdekatan dengan sumber. Secara ideal, jaga yang memanggil tepat dibawah yang dipanggil. Kita cenderung membaca kode dari atas-ke-bawah, seperti koran. Karenanya, buat kodemu terbaca seperti itu.

Buruk:

class PerformanceReview {
  constructor(employee) {
    this.employee = employee;
  }

  lookupPeers() {
    return db.lookup(this.employee, 'peers');
  }

  lookupManager() {
    return db.lookup(this.employee, 'manager');
  }

  getPeerReviews() {
    const peers = this.lookupPeers();
    // ...
  }

  perfReview() {
    this.getPeerReviews();
    this.getManagerReview();
    this.getSelfReview();
  }

  getManagerReview() {
    const manager = this.lookupManager();
  }

  getSelfReview() {
    // ...
  }
}

const review = new PerformanceReview(employee);
review.perfReview();

Baik:

class PerformanceReview {
  constructor(employee) {
    this.employee = employee;
  }

  perfReview() {
    this.getPeerReviews();
    this.getManagerReview();
    this.getSelfReview();
  }

  getPeerReviews() {
    const peers = this.lookupPeers();
    // ...
  }

  lookupPeers() {
    return db.lookup(this.employee, 'peers');
  }

  getManagerReview() {
    const manager = this.lookupManager();
  }

  lookupManager() {
    return db.lookup(this.employee, 'manager');
  }

  getSelfReview() {
    // ...
  }
}

const review = new PerformanceReview(employee);
review.perfReview();

⬆ Kembali ke atas

Komentar

Komentar hanya untuk hal-hal yang memiliki kompleksitas logika.

Komentar adalah sebuah permintaan maaf, bukan sebuah syarat. Kode yang baik kebanyakan bisa mendokumentasikan dirinya sendiri.

Buruk:

function hashIt(data) {
  // ini hash
  let hash = 0;

  // panjang dari sebuah string
  const length = data.length;

  // Loop setiap karakter dalam sebuah data
  for (let i = 0; i < length; i++) {
    // mendapatkan karakter di kode
    const char = data.charCodeAt(i);
    // Membuah hash
    hash = ((hash << 5) - hash) + char;
    // mengonversi ke 32-bit integer
    hash &= hash;
  }
}

Baik:

function hashIt(data) {
  let hash = 0;
  const length = data.length;

  for (let i = 0; i < length; i++) {
    const char = data.charCodeAt(i);
    hash = ((hash << 5) - hash) + char;

    // Mengonversi ke 32-bit integer
    hash &= hash;
  }
}

⬆ Kembali ke atas

Jangan meninggalkan kode yang dikomentari dalam basis kode anda

Version control ada karena sebuah alasan. Tinggalkan kode lamamu di riwayat.

Buruk:

doStuff();
// doOtherStuff();
// doSomeMoreStuff();
// doSoMuchStuff();

Baik:

doStuff();

⬆ Kembali ke atas

Jangan ada komentar tentang jurnal

Ingat, gunakan version control! Tidak perlu kode mati, kode yang dikomentari, dan khususnya komentar tentang jurnal. Gunakan git log untuk mendapatkan riwayat!

Buruk:

/**
 * 2016-12-20: Removed monads, didn't understand them (RM)
 * 2016-10-01: Improved using special monads (JP)
 * 2016-02-03: Removed type-checking (LI)
 * 2015-03-14: Added combine with type-checking (JR)
 */
function combine(a, b) {
  return a + b;
}

Baik:

function combine(a, b) {
  return a + b;
}

⬆ Kembali ke atas

Hindari komentar marker

Mereka biasanya hanya menambahkan kebisingan. Biarkan nama fungsi dan variabel bersama dengan indentasi yang layak dan susunan format memberikan struktur visual ke kode-mu.

Buruk:

////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
// Scope Model Instantiation
////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
$scope.model = {
  menu: 'foo',
  nav: 'bar'
};

////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
// Action setup
////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
const actions = function() {
  // ...
};

Baik:

$scope.model = {
  menu: 'foo',
  nav: 'bar'
};

const actions = function() {
  // ...
};

⬆ Kembali ke atas

Alih Bahasa

Panduan ini juga tersedia di berbagai bahasa:

⬆ Kembali ke atas

About

🛁 Clean Code concepts adapted for JavaScript

Resources

License

Stars

Watchers

Forks

Releases

No releases published

Packages

No packages published

Languages

  • JavaScript 100.0%